Jumat, 15 Agustus 2008

Jangan Mengadu Domba

Jangan Mengadu Domba

Ketahuilah bahwa sifat ini merupakan sifat yang sangat jelek dan banyak beredar di antara manusia, sehingga sedikit sekali dari kita yang dapat selamat. Mengadu domba adalah menginformasikan perkataan manusia kepada orang lain dengan tujuan "merusak" atau tujuan jahat. Sifat mengadu domba sangat terkait dengan sifat menggunjing. Mengadu domba diharamkan berdasarkan ijma kaum muslimin. Dalil-dalil al-qur'an dan hadis telah banyak menyebutkan hal tersebut dengan gamblang. Allah swt berfirman,

"Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah (Qs. al-Qalam: 11)

Maksudnya, mereka adalah orang yang suka ghibah, yaitu melemparkan tuduhan-tuduhan palsu, membuka aib orang lain, dan suka mengadu domba antar sesama manusia, membuat-buat perkataan agar manusia terjebak dengannya dalam perangkap fitnah. Rasulullah saw bersabda,

"Tidak akan masuk surga orang yang senang mengadu domba." (Hr.Bukhari & Muslim)

Dari Ibn Abbas r.hu bahwa Rasulullah saw melewati dua kuburan kemudian beliau saw berkata, "Sesungguhnya dua orang tersebut sedang disiksa, mereka tidak disiksa karena suatu dosa bersarsebuah riwayat Bukhari disebutkan,'Ya dosa besar mereka'. Adapun salah satunya ia suka mengadu domba manusia dan yang lain ia tidak melakukan kebersihan dari buang airnya" (Hr. ash-Syaikhan).

Para ulama banyak berpendapat bahwa makna ungkapan tersebut adalah "mereka berdua tidak disiksa karena suatu dosa besar menurut pengakuannya atau dosa besar yang mereka lalaikan.

Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Seseorang muslim itu dengan seorang muslim yang lain bersaudara. Diharamkan baginya kehormatannya, hartanya, dan darahnya. Takwa itu ada disini (dalam riwayat yang lain Rasulullah menunjukkan dengan jari telunjuknya ke dada). telah dianggap melakukan kejahatan bagi seseorang muslim dengan mencela (merendahkan) saudaranya yang muslim." (Hr. Tirmidzi)

Seperti halnya dengan menggunjing, mengadu domba akan mendapat siksa yang pedih dan kehancuran bagi setiap orang yang mengadu domba manusia, menodai nama baiknya, atau menjulukinya dengan suatu julukan secara rahasia. Hukum ini berlaku untuk umum, karena pelajaran yang dapat diambil dari keumuman lafalnya bukan dari kekhususan kejadian.

Sedangkan dalam hadis disebutkan, dari Abu Hurairah r.hu bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Tahukah kalian apa itu ghibah?" Para sahabat menjawab "Allah dan rasul-Nya lebih tahu. "Beliau saw berkata, "Engkau menceritakan tentang saudara kalian sesuatu yang tidak ia senangi". Mereka bertanya, "Bagaimana jika yang kami ceritakan tentang saudara kami ia benar?" Beliau saw berkata, "Jika yang kalian ceritakan tentang saudara kalian itu benar, maka berarti kalian telah menggunjingnya (ghibah). Dan jika yang kalian ceritakan tentang saudara saudara kalian itu salah, maka berarti kalian telah melakukan suatu kebohongan." (Hr. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i)

Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam berbicara. Harus kita sadari bahwa berbicara itu dibatasi oleh etika-etika. Hendaklah kita ada di atas rel yang benar. Jangan sampai kita jatuh ke dalam apa yang Allah saw larang. Dalam berbicara pun jangan sampai mengadu domba. Mengadu domba adalah perbuatan yang ringan, bahkan bagi sebagian orang mungkin dianggap mengasyikkan. Namun, jika dilakukan dengan sengaja, atau dengan kesadaran penuh dan tekad menggebu, mengadu domba menjadi dosa yang besar.

Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa memaksa diri kita untuk melakukan yang terbaik dalam menyikapi sikap orang lain. Banyak bicara tidak selalu buruk, yang buruk adalah banyak bicara kebathilan. Boleh-boleh saja kita produktif bicara, tapi harus proporsional. Selalu berkata baik. Kita harus berbicara hal yang benar dan bisa berkata dengan akhlak tinggi. Jika tidak, cukup diam saja. Sadarilah bahwa lidah ini amanah. Tiap-tiap kata yang terucap darinya kelak akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah swt. Jadikan ucapan-ucapan kita untuk menggundang keridhaan Allah swt. Jangan jadikan kata-kata itu sebagai sebab datangnya murka dan kebencian-Nya.

Semoga Allah swt membimbing lisan kita untuk berucap mengikuti keteladanan Rasulullah saw. Ucapan itu keluar dari lisan bagai untaian mutiara yang sarat dengan kebenaran, berharga, bermutu, dan membawa maslahat bagi siapapun yang mendengarkannya. Amin. Wallâhu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda memberi komentar dengan menggunakan gambar-gambar diatas, dengan cara copy paste saja karakter di sampingnya dan selanjutnya menuliskan komentar. Komentar boleh memuji, mencela atau kedua-duanya asal tidak SARA.

Jika ingin komentar anda tidak dipublikasi, silahkan klik disini

Masih kesulitan juga membuat komentar? silahkan klik disini