Kamis, 10 Juli 2008

Falsafah Tato

Falsafah Tato

 

Mungkin hampir semua orang tahu tentang apa itu tato, terutama bagi si pelaku yang telah melakukan pada tubuhnya sendiri. Banyak pendapat pro dan kontra mengenai tato ini, sebagian masyarakat yang setuju dengan tato, memandang sebagai sebuah karya seni kuno dan ekspresi diri untuk memperindah tubuh. Sedang yang kontra terhadap tato, menganggap sebagai bentuk penyiksaan diri atau bentuk lain dari anarkisme tubuh sendiri.

 

Terlepas dari pro dan kontra tersebut sebenarnya keberadaan tato sudah lama terjadi, terutama pada kebudayaan jahiliah dengan peradaban kuno. Namun keberadaan dan eksistensi tato ini sendiri sudah banyak mengalami perubahan. Tato tidak hanya dilakukan secara konvensional hanya sekadar coretan pada tubuh dengan warna kelabu. Lebih dari itu seiring dengan perubahan jaman, tato juga mengalami hal serupa, sehingga tidak lagi dengan ditusuki jarum, namun hanya berupa lukisan dengan bahan khusus dan warna yang lebih berfariatif. Selain itu motif gambarnya pun juga lebih terarah, tidak melulu bentuk ukiran semata. Ragam motif gambar tato sudah banyak mengalami perubahan mulai dari motif tumbuhan, binatang sampai perempuan telanjang.

 

Pada mulanya tato hanya digemari oleh kaum pria sebagai bentuk simbol kejantanan dan keperkasaan, sehingga bila ada orang yang tubuhnya semakin banyak tatonya bisa dibilang semakin "jantan dan perkasa". Namun seiring dengan perubahan jaman pula tato sekarang tidak hanya didominasi oleh kaum pri saja, justru kaum perempuanlah yang ramai melakukakannya. Malah bisa dibilang lagi ngetren dan booming para perempuan menato sebagian anggota tubuhnya. Yang lebih mengherankan dan mencengangkan, begian-bagian tubuh perempuan yang ditato tersebut kisaran daerah-daerah "rawan dan sensasional", fenomena apa gerangan yang terjadi.

 

Apapun corak dan bentuk tato serta siapapun yang melakukan, yang jelas tato merupakan bentuk ekspresi diri agar mendapat pengakuan dari orang lain. Sehingga bila ditarik ke dalam syariat dinul Islam, tato merupakan bagian dari bentuk pamer atau riya' terhadap sesama manusia. Tidak ada sedikitpun bentuk ketakwaan dan peribadahan terhadap Allah swt. Orang yang menato bagian tubuhnya cenderung ingin memamerkan bagian tubuh yang telah ditato tersebut. Baik itu mulai dari pangkal lengan sampai di bawah pusar. Tidak laki atau perempuan, bagian tubuh yang ditato ingin diperlihatkan pada orang lain. Sehingga lebih banyak memperlihatkan anggota tubuhnya dari pada menutupinya. Yang tragis lagi kenapa hal ini menjadi kebanggaan? Padahal bagi kaum perempuan menutupi anggota tubuh merupakan kewajiban di dalam syariat dinul Islam. Mungkin hal inilah yang terjadi belakangan ini, di mana sama-sama mengaku dirinya muslim namun tidak segan-segan untuk saling menghajar dan bermusushan.

 

Seperti yang telah kita saksiakan bersama kejadian bulan lalu di silang monas, bagaimana bengisnya anggota organisasi yang mengatas-namakan pembela Islam dengan garang dan rasa kebencian telah melakukan "penatoan" pada kelompok yang tidak sepaham dengan kelompoknya. Bagi gerombolan yang melakukan anarkisme terhadap gerombolan lainya, jelas hanya ingin pamer dan riak semata. Tidak ada bentuk ketakwaan sedikitpun di hadapan Allah swt. Bagaimana tidak, Allah swt yang sebenarnya memiliki Islam saja tidak seanarkis gerombolan tersebut. Islam adalah agama yang dirahmati dan diridlai oleh Allah swt. Kalau ada segelintir orang yang dianggap menodai atau merusak Islam, tentu Allah swt yang paling marah seharusnya. Tapi kenapa gerombolan yang mengaku pembela tersebut seakan-akan dirinya telah mendapat mandat untuk mewakili Allah swt dalam melakukan penghancuran. Dan seakan-akan pula Islam adalah miliknya, sehingga perbuatanya melebihi Tuhan Sang Pemilik.

 

Seperti halnya tato, dengan alasan mempercantik dan memperindah tubuh tidak segan-segan menato dirinya sendiri walau dengan cara anarkis dan menyakitkan. Bagaimana tidak, kaum muslimin adalah bersaudara dan bagaikan satu tubuh, sehingga bila ada satu orang Islam tersakiti maka yang lainya juga ikut merasakan sakit. Inilah yang terjadi, sama-sama mangaku muslim berarti satu tubuh, namun anarkisme yang dilakukan. Berarti juga sama halnya dengan dirinya menyakiti tubuhnya sendiri (menato). Hal ini dilakukan tidak lain hanya memenuhi nafsu kepuasan dan riya' semata, alias ingin dilihat orang lain sebagai gerombolan yang ditakuti, na'udzubillah. Tragisnya lagi ada sebagian ulama, habib dan kiai yang sudah "tidak laku" malah ikut-ikutan mendukung gerombolan tersebut, tidak lain juga hanya ikut numpang ketenaran dan biar masuk TV lagi. Mungkin ini kelompok yang pro dengan menato tubuh.

 

Lain halnya dengan yang kontra penatoan tubuh, menganggap dirinya juga membela kepentingan Islam. Merasa dirinya mewakili Tuhan untuk membelanya, padahal walau tidak dibela sekalipun oleh umat manusia, kalau Tuhan mau tentu tidak akan menemui kesulitan.

 

Semoga dengan keluarnya SKB tiga menteri bisa menenangkan gerombolan-gerombolan yang pro dan kontra dengan tato. Dan semoga pula dengan diberitakannya penatoan di silang monas bisa mengalihkan sementara berita maraknya penolakan kenaikan BBM.

 

Dari falsafah tato ini, kita bisa menyimpulkan sendiri, sesungguhnya siapa yang sesat di hadapan Allah swt, bukan di mata manusia. Yang mentato, yang ditato, yang melihat tubuh bertato, yang pro tato, yang kontra tato, yang menyiarkan tato, atau sponsor yang membiayai penatoan tersebut. Wa-llahu'alam.

 

By Mayara, Edisi 71 Th. VII/Juli 2008

 

1 komentar:

Silahkan Anda memberi komentar dengan menggunakan gambar-gambar diatas, dengan cara copy paste saja karakter di sampingnya dan selanjutnya menuliskan komentar. Komentar boleh memuji, mencela atau kedua-duanya asal tidak SARA.

Jika ingin komentar anda tidak dipublikasi, silahkan klik disini

Masih kesulitan juga membuat komentar? silahkan klik disini