Benarkah Pendidikan Islam Gagal
Insiden 26 Jumadil Awal 1429 (1 Juni 2008), sungguh menjadikan kaum muslimin
Lebih mengerikan lagi, "insiden Monas" itu ditindak-lanjuti dengan psy-war di daerah-daerah. Yang berupa pemaksaan kehendak, intimidasi, teror, dan provokasi. Mengapa semua itu dapat terjadi? Menurut alfaqir jawabannya, "Karena republik ini telah gagal mendidik warga bangsanya."
Yang harus membuat kita sangat berduka, ternyata lembaga pendidikan Islam yang ada di negeri ini telah "gagal", di dalam melahirkan Perubahan Perilaku (Behavior Transformation).
Out put dari lembaga pendidikan Islam ternyata tidak secara otomatis menjadi Human Capital Investment (investasi modal manusia) yang bagus. Dengan kata lain, lembaga pendidikan Islam yang ada belum mampu mencetak para pelaku agama yang menjadi social capital (modal sosial) buat masyarakat manusia. Lembaga pendidikan Islam yang ada baru mampu melahirkan "manusia kardus" (human in box). Yaitu, manusia yang sangat premordial dan sangat sekterian. Bukan manusia yang berkepribadian rahmatal lil 'alamin (human elyon).
Terbukti mereka, khususnya para tokoh agamanya. Tidak lagi memiliki Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Intuisi (Emotional and Intuitional Quotient) yang bagus. Sehingga mereka sangat bangga dengan pendapatnya sendiri-sendiri. Boleh jadi karena di antara mereka telah terjadi saling mendengki; wa-llâhu a'lam.
Logikanya sangat sederhana. Kiblatnya sama. Shalatnya sama. Takbirnya sama. Rabb-nya sama. Nabi dan rasul-nya sama. Qur'an-nya sama. Ruku' dan sujud-nya sama. Menyembah Allah yang sama. Sama-sama muslim
Apabila mereka memiliki Emotional and Intuitional Quotient (E.In-Q) bagus. Tidak mungkin terjadi "adu mulut" di depan publik, baik yang disiarkan melalui TV. Atau, yang dilangsir berbagai media
Manakala para tokoh agama saja perilaku Islam-nya sangat rendah. Bagaimana dengan para pengikutnya, muridnya, keluarganya, dan fans-nya. Sungguh mengerikan! Ternyata Islam dirusak oleh para tokoh Islam sendiri dari dalam. Mau mengakui atau tidak, inilah kenyataannya. Dan, kita harus berdoa kepada Allah swt, semoga tidak termasuk umat Islam yang ikut melakukan perusakan Islam dari dalam; na'udzu billâhi min dzâlik.
Bagaimana dengan pendidikan Islam kita selama ini?
Alfaqir yakin, para tokoh Islam yang terlibat dalam "insiden Monas" tersebut sangat mengerti dan memahami mata pelajaran dan arah misi Islam tersebut. Yang menjadi pertanyaan mengapa insiden itu harus terjadi?
Jawabannya, tidak lain —insya Allah; wa-llâhu a'lam-- mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Terutama nafsu dalam berkelompok. Alfaqir yakin, apabila mereka mau mengembalikan kepada hati nurani mereka, dan berpandu kepada Neraca Syariat. Insiden memalukan tersebut tidak akan pernah terjadi.
Segenap umat Islam
Yang jelas kita harus terima kasih kepada Allah azza wa jalla. Di mana Allah telah memberikan pendidikan langsung. Bahwa, yang namanya memukuli orang itu ternyata tidak baik. Saling memaki sesama muslim itu, ternyata tidak baik. Ternyata gelar kehormatan apa pun tidak menjamin akhlak Islam seseorang itu bagus. Ternyata simbol-simbol keislaman yang dipakai seorang muslim, tidak menjamin fakih-nya ilmu agama dan ketinggian budi pekerti Islam-nya.
Karenanya, marilah kita melakukan Behavior Transformation (Betra). Sehingga tidak meniru-niru mereka, jelas itu sangat nista lagi memprihatinkan. Kita harus segera CC 100% dengan Neraca Syariat. Dan, harus segera merapatkan shaff sosial kaum muslimin mukmin. Segera mengakhiri keterkotakan di antara Persaudaraan Islam yang lahir, hidup, dan insya Allah wafat di republik ini. Tunjukkan pada dunia, bahwa kita benar-benar memiliki CC terhadap Neraca Syariat, Ilmu Pengetahuan Diniah, budi pekerti yang mulia, tatakrama yang terpilih, dan kebenaran.
Buat lembaga pendidikan Islam yang ada di negeri ini. Segera benahilah cara pengajaran dan cara mendidik. Begitu juga buat para ulama, ustadz, dan kiai segera lakukan redesign atas pengajaran dan pendidikan keagamaan dan keberagamaan. Telah terbukti model pengajaran dan pendidikan yang dilakukan selama ini, tidak banyak melahirkan out put yang signifikansi dengan akhlak Islam dan adab Islam. Jadikan masjid sebagai base camp. Jaga hati dan perut dengan baik dan benar. Cerahkan akal pikiran dengan ajak kembali melakukan pengagungan terhadap Allah azza wa jalla. Dan, tanamkanlah iman-islam-ihsan dengan baik dan benar. Sehingga umat Islam akan mendulang kejayaan yang berupa: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia, insya Allah.
By Mayara, Edisi 71 Th. VII/Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda memberi komentar dengan menggunakan gambar-gambar diatas, dengan cara copy paste saja karakter di sampingnya dan selanjutnya menuliskan komentar. Komentar boleh memuji, mencela atau kedua-duanya asal tidak SARA.
Jika ingin komentar anda tidak dipublikasi, silahkan klik disini
Masih kesulitan juga membuat komentar? silahkan klik disini