Selasa, 27 Agustus 2013

Popularitas Khofifah Kalahkan Petahana


Popularitas Khofifah Kalahkan Petahana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemilihan Gubernur Jawa Timur bakal digelar pada 29 Agustus 2013 mendatang. Empat pasang kandidat dipastikan bakal bersaing untuk merebut kursi gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur.

Keempat pasangan yang akan bertarung itu adalah  Soekarwo--Syaifullah Yusuf,  Eggi Sudjana--Moch Sihat,  Bambang Dwi Hartono--MH Said Abdullah, dan Khofifah Indar Parawansa-Herman Sumadiredja.

Indonesia Indicator (I2) -- sebuah lembaga  riset berbasis software Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis fenomena politik, ekonomi, sosial di Indonesia -- mengumumkan sepekan menjelang pemungutan suara, popularitas pasangan Khofifah-Herman berhasil mengalahkan pasangan petahana, Soekarwo-Syaifullah Yusuf.

''Indonesia Indicator (I2) telah melakukan analisis media (survei media) topik Pilkada Jatim sejak 1 Februari hingga 22 Agustus 2013, pukul 18.00 WIB. Analisis dilakukan berdasarkan monitoring ekspose media terhadap para kandidat,'' ujar Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) kepada ROL, Jumat (23/8).

Menurut dia, berdasarkan pengalaman I2 dalam meneliti 8 pemilihan gubernur di Indonesia sepanjang 2012-20131, eskalasi ekspose media menunjukkan relasi kuat dengan hasil pilkada.

''Sebagai alat informasi, media memiliki kekuatan untuk memengaruhi persepsi publik terhadap kandidat tertentu melalui pemberitaan, yang baik secara langsung maupun tak langsung akan memengaruhi sisi elektabilitas kandidat.,'' tutur Rustika.

Pemberitaan melalui media, kata Rustika,  bisa menguatkan pilihan dan  bisa pula mengubah pilihan. "Dalam hal ini, media berperan penting untuk menyosialisasikan popularitas seorang kandidat pada publiknya.'

Seluruh data media, kata dia,  diambil dari mesin pengumpul Indonesia Indicator (I2). Dalam hal Pilkada Jatim terdapat sebanyak 3.510 berita sepanjang 2013 dari 107 media online.
Awalnya, popularitas Soekarwo sebagai petahana  lebih tinggi dibandingkan kandidat lain.

"Popularitas itu dimunculkan dari berbagai aktivitas yang dilakukannya. Total ekspose yang diukur dalam 6 bulan terakhir menunjukkan bahwa Soekarwo-Saifullah lebih populer. Secara volume, 47 persen pemberitaan media mengenai Pilkada Jatim didominasi oleh Soekarwo-Saifullah, disusul Khofifah-Herman 30 persen, Bambang-Said 18 persen, dan Eggi-Sihat 10 persen,'' papar Rustika.

Namun, lanjut dia, dalam tiga  bulan terakhir popularitas dalam skala makro (dari seluruh media online di Indonesia) posisi pertama diduduki oleh Khofifah dengan merebut sebanyak 1.584 berita, atau sekitar 38 persen, dalam topik Pilkada Jatim.

"Sementara itu Soekarwo mendapatkan porsi sebanyak 35 persen, yakni 1.453 berita, disusul Bambang 17 persen  serta Eggi 10 persen,'' ungkapnya.

Rustika menambahkan, eskalasi itu akan terus berubah sepanjang waktu. Terutama dalam minggu-minggu terakhir masa kampanye, peta kekuatan popularitas masing-masing kandidat bersaing keras.

Menurut dia, posisi Bambang menguat sejajar dengan Soekarwo. Hal ini disebabkan oleh kehadiran tokoh nasional Jokowi di Jatim.  "Jika Jokowi memberikan efek pemberitaan dalam pilkada Jabar 25 persem, Jateng 14 persen, dan Bali 21 persen, maka hal tersebut juga berdampak di dalam pilkada Jatim sebanyak 13 persen. 

"Jumlah pemberitaan kandidat yang diusung Jokowi, dalam hal ini Bambang, mendapat sumbangan pemberitaan yang berasal dari kehadiran Jokowi,''  kata Rustika.

Pada saat KPUD Jatim hanya mengumumkan tiga kandidat yang lolos sebagai calon gubernur Jatim pilkada, data menunjukkan bahwa posisi Soekarwo sangat dominan.

"Sebagai petahana, dia hampir pasti menang.. Namun munculnya kembali Khofifah mengubah tren popularitas kandidat bahkan posisinya melebihi Soekarwo dalam dua bulan terakhir,'' papar Rustika.

Ia menambahkan, berbicara mengenai Jawa Timur, agak sulit untuk memisahkan dari organisasi massa terbesar di sana: Nahdlatul Ulama (NU).  Nama Khofifah, kata dia, lebih banyak dibicarakan atau disebutkan dalam pemberitaan pilkada Jatim terkait NU.  "Terlihat bahwa NU, secara umum, lebih terkait dengan aktivitas Khofifah dibandingkan kandidat lain.

"Temuan lain adalah tingginya pemberitaan mengenai isu kriminalisasi dan penzaliman terhadap Khofifah yang menempati porsi 18 persen dari seluruh pemberitaan Khofifah,''  ungkap Rustika.

Ditegaskannya, berdasarkan pengalaman Indonesia Indicator menganalisis 8 pilkada terakhir di Indonesia, masa 3 bulan sebelum pencoblosan adalah masa kritis bagi seorang kandidat.

Bila menghitung jumlah volume pemberitaan selama 3 bulan, kata dia,  maka Soekarwo akan bersaing ketat dengan Khofifah. Melihat geliat dalam satu bulan terakhir, Bambang memiliki peluang untuk menjadi nomor dua.

"Namun apabila berpijak pada tren pemberitaan yang sedang berlangsung, maka Khofifah Indar Parawansa akan menjadi pemenangnya." ucap Rustika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda memberi komentar dengan menggunakan gambar-gambar diatas, dengan cara copy paste saja karakter di sampingnya dan selanjutnya menuliskan komentar. Komentar boleh memuji, mencela atau kedua-duanya asal tidak SARA.

Jika ingin komentar anda tidak dipublikasi, silahkan klik disini

Masih kesulitan juga membuat komentar? silahkan klik disini